Pada umumnya orang Bogor, dikatakan olehnya, banyak yang kreatif dan berbakat tetapi ada dua masalah yang dihadapi, yaitu terlalu dekat dengan Jakarta dan masih kurangnya fasilitas.
“Jadi yang saya mimpikan adalah Kota Bogor bisa membangun infrastruktur dan kultur anak mudanya sehingga tidak perlu lagi eksis di daerah atau kota lain, tapi ditampung di Kota Bogor,” ujarnya.
Dari tujuh film pendek tersebut, di antaranya berjudul Mau Jeruk, Problem, Sial, Inner Talk, Cinta Tapi Beda, dan Sepatu Kelana.
Sebelum pemutaran film, Program Director BFC, Deden M. Syahid menerangkan, program Simkuring sudah berjalan cukup lama yang awalnya hanya di beberapa daerah atau kelurahan di Kota Bandung.
Seiringnya waktu, pasca pandemi Covid-19, BFC melaksanakan roadshow ke daerah-daerah lain di Jawa Barat yang akhirnya adalah road to Bandung Independent Film Festival ke-5.
“Terima kasih untuk Pemkot Bogor dan semua pihak yang mendukung serta para peserta yang telah ikut serta meramaikan program Simkuring,” kata Deden.
Sehari sebelumnya atau pada 19 Agustus, para peserta mengikuti workshop smartphone cinema di Bogor Creative Center dan Auditorium Perpustakaan Kota Bogor.
Selain tujuh film pendek karya anak muda Kota Bogor, turut ditayangkan tiga film dari BFC masing-masing berjudul Kidung, Nalika Maranehna Ngomongkeun Bobogohan Urang dan Mari.