Bogor24Update – Puluhan mahasiswa yang tergabung dalam Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) se-Bogor menggelar aksi unjuk rasa di kawasan Jalan Jenderal Sudirman, Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor.
Dalam aksinya, para mahasiswa menyuarakan tujuh tuntutan yang ditujukan kepada Presiden Joko Widodo. Pertama lestarikan sistem pertanian subsisten. Kedua, tinjau kembali sistem korporasi petani secara menyeluruh.
Ketiga, berhentikan titik perluasan program food estate. Keempat, batasi keran impor dan atasi masalah rantai pasok segera. Kelima, wujudkan land reform sejati, serta hentikan perampasan lahan segera.
Keenam, selesaikan sengketa Pulau Rempang segera. Dan terakhir atau ketujuh, hentikan kegagalan sistem yang dibangun dalam Proyek Strategis Nasional (PSN).
Koordinator BEM se-Bogor, Ahmad Sobari mengatakan, aksi kerusuhan yang terjadi di Pulau Rempang, seharusnya pemerintah peka dalam situasi tersebut.
Namun, kata dia, pada kenyataannya pemerintah lebih memihak kepada perusahaan sehingga warga tersebut harus keluar dari kampung halamannya.
“Kalau melihat peristiwa kerusuhan seperti ini, pemerintah harus turun tangan dan segera diselesaikan agar masyarakat mampu kembali percaya dengan pemerintah dan para kaki tangannya,” ujarnya.
Aksi unjuk rasa mahasiswa dari BEM se-Bogor diberi pembatas kawat berduri agar tidak sampai menuju Istana Bogor. Dalam aksinya sempat terjadi dorong-dorongan antara mahasiswa dengan polisi.
Puluhan mahasiswa terus mencoba menerobos barikade kawat berduri dan membakar ban. Bahkan kawat sebagai pembatas ini dihancurkan oleh mahasiswa, aksi kontak fisik pun akhirnya tidak terhindari antara mahasiswa dengan polisi yang menjaga pengamanan unjuk rasa.
Petugas kepolisian mencoba menenangkan para pendemo, dan berdialog dengan petugas kepolisian serta hadirnya perwakilan Istana Kepresidenan Bogor, mahasiswa akhirnya membubarkan diri sekitar pukul 19.00 WIB. Namun, ketujuh tuntutan jika tidak direspon oleh pemerintah, maka mahasiswa akan turun aksi dengan massa lebih banyak.