Bogor24Update – Cabai (Capsicum annum L.) merupakan salah satu komoditas sayuran yang dibutuhkan serta dikonsumsi banyak masyarakat terutama sebagai bumbu penyedap masakan.
Tingginya akan kebutuhan cabai di pasaran membuat usaha tani buah bercita rasa pedas tersebut memiliki peluang yang menjanjikan untuk mendatangkan keuntungan.
Hal itu seperti diungkapkan Ketua Kelompok Taruna Tani (KTT) Smar’t, Hadi Nurwahid. Ia mengatakan bahwa menanam cabai memiliki potensi ekonomi yang menjanjikan.
Selain harga jual yang tinggi, menurut Hadi, perawatan dari tanaman cabai juga bisa dibilang tidak begitu rumit dan komoditas dari jenis ini bisa dipanen berkali-kali.
“Untuk cabai ini sudah tiga kali panen di usia satu tahun, hasilnya Alhamdulillah,” kata Hadi dalam keterangannya dikutip Sabtu, 6 Januari 2023.
Pada masa panen perdana, lanjut Hadi, harga cabai sedang melonjak tinggi di kisaran harga Rp 100 ribu sampai Rp 120 Ribu.
Menurutnya, melonjaknya harga cabai tersebut disebabkan lantaran pengaruh cuaca yang menyebabkan penyusutan hasil panen.
“Iya ketika panen pertama itu pas lagi kemarau. Panen menyusut hanya dapat 20 kilogram dari 200 pohon yang ditanam di lahan 150 meter,” ujarnya.
Meski demikian, pada masa panen kedua hasil yang didapat cukup memuaskan, namun harga cabai sudah kembali turun dikisaran harga Rp 60 Ribu hingga Rp 75 ribu.
Ia mengatakan, ada beberapa hal yang dilakukan untuk menjaga tanaman cabai agar tidak terkena hama. Dia biasanya menggunakan pestisida organik untuk menghadang hama cabai.
Selain itu, sambung Hadi, untuk pemupukan yang digunakan pun pupuk kandang dari kotoran ayam yang didapatnya dari wilayah Sukabumi.
Menurutnya, bertani cabai ini tidak terlalu sulit lantaran hanya perlu melakukan perawatan dengan tekun. Upaya itu dilakukan agar hasil yang di dapat sepadan sesuai keinginan.
“Perawatan tidak ribet, harus ulet saja. Bersihin dari rumput liar, setelah itu ketika sudah usia dua bulan itu kita mulai memberikan pupuk kandang terus pestisida organik dan sebagainya,” katanya.
Di kebun KTT Smar’t yang berada di Kelurahan Ciluar, Kecamatan Bogor Utara, Kota Bogor, tidak hanya menanam cabai, namun juga komoditas sayuran dan buah lainnya.
“Di KTT ini tidak hanya cabai, tapi ada melon, sayuran,” kata Hadi.
Diketahui, cabai juga menjadi salah satu komoditas strategis yang mendapat perhatian pemerintah lantaran memberikan andil yang cukup signifikan dalam menentukan inflasi.
Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor terus mendorong gerakan pertanian perkotaan secara masif di tengah keterbatasan lahan yang ada di wilayahnya.
Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan melakukan panen cabai bersama Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kota Bogor beserta Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Kota Bogor.
Perkebunan Cabai Rawit Jablay yang dikelola oleh KTT Smar’t ini menjadi wujud dari gerakan pertanian perkotaan dengan memanfaatkan lahan yang meskipun luasnya tidak begitu besar.
Keberadaan kelompok tani mandiri ataupun masyarakat yang bertani di pekarangan rumah ini memiliki peran dalam menurunkan inflasi daerah juga untuk ketahanan pangan.
“Karena kita tidak bisa selalu juga bergantung pada daerah produsen. Karena jika sewaktu-waktu daerah produsen terserang hama harga jadi mahal kita tidak memiliki harga tandingannya,” kata Ketua TPID Kota Bogor yang juga Sekretaris daerah (Sekda) Kota Bogor, Syarifah Sofiah.
Selain itu, kata Syarifah, gerakan menanam di lahan pertanian perkotaan juga dapat membantu masyarakat untuk menambah penghasilan keluarga.