Bogor24Update – Warga di Kampung Kambangan, Desa Banjarwangi, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor terkenal sebagai perajin peci. Pasalnya, di tahun 1997 ada kelompok pemuda yang disebut karang taruna membuat peci dengan cara manual.
Karena adanya keterbatasan alat akhir pembuatan peci dilakukan secara musiman. Barulah antara tahun 1999 dan 2000 menjadi titik balik bagi Kampung Kambangan ini.
Kemudian setelah berkembang, lalu pabrik peci Asagofah mulai dikenal karena memproduksi peci secara rutin.
“Awalnya hanya produksi bulanan pabrik ini hanya mencapai 4 sampai 6 kodi atau sekitar 80 hingga 120 peci dengan branding peci Asagofah yang khas,” kata salah satu tokoh pendiri peci, Misbah kepada Bogor24Update, Selasa, 9 April 2024.
Dalam perjalanan, permintaan peci terus meningkat, peralatan kerja sudah mulai menggunakan bordir modern di saat menjelang pendemi hingga sekarang.
“Dari tahun 2017 kita beli alat bordir satu per satu sampai saat ini kita punya 5 alat bordir,” kata Misbah.
Seiring berjalan dengan meningkatnya permintaan, pabrik peci Asagofah mulai menggunakan alat bordir modern di tahun-tahun menjelang pandemi.
“2017 kita cari alat bordir, Alhamdulillah satu per satu, dan sampai saat ini kita punya 5 alat bordir,” ungkapnya.
Produksi bulanan pada waktu itu tidak begitu banyak lantaran adanya keterbatasan alat, tetapi saat ini mencapai angka yang sangat fantastis.
Dalam sebulan, pabrik peci Asagofah bisa memproduksi minimal 400 kodi dari empat jenis peci yang berbeda.
Hingga menjelang hari raya Idul Fitri, pesanan peci terus mengalir hampir setiap tahunnya terus bertambah.
“Banyak permintaan juga meningkat. Setiap bulan puasa,” papar Misbah.
Hasil karya anak bangsa ini bisa mencapai penjuru Nusantara, mulai dari Pasar Tanah Abang, Bandung, Sulawesi, Kalimantan, dan pasar-pasar besar lainnya dengan progres produksi peci per bulannya mencapai 600 hingga 800 kodi atau 16.000 peci.
“Alhamdulillah untuk penjualan sampai kemana-mana, pengiriman mah ke Tanah Abang, Bandung, Cianjur sama pasar yang besar-besar aja. Tapi untuk aplikasi onlinenya bisa ke luar pulau juga, menjualnya kodian atau 20 biji,” katanya.
Sedangkan untuk nasib pemuda Taruna Karya, mereka mendirikan atau mempunyai pabrik peci.
“Pemuda Taruna Karya sudah punya pabrik peci, dan hampir semua disini produksi peci,” tandasnya. (*)