“Evakuasi penyelamatan korban kita gunakan mesin untuk memotong, karena si besi itu tebal jadi agak sulit untuk mengevakuasi,” jelasnya.
Diketahui, dalam pelaksanaan praktik tersebut, terdapat dua guru yang mendampingi para siswa, yaitu satu guru OTK dan satu laboran.
“Bahwa kejadian kecelakaan ini, anak itu saat praktik ada 2 guru, 1 guru untuk OTK dan 1 guru untuk laboran. Sebelumnya guru mengadakan teori dulu, kemudian praktik, dan ada laboran di ruang praktek,” tutur Kepala Sekolah SMKN 1 Gunung Putri, Juniartini.
Menurutnya, sesuai SOP, guru laboran mendampingi para siswa di ruang praktik. Namun dikarenakan pada saat itu ada hal mendesak guru tersebut lantas meninggalkan ruangan praktik.
“Praktek itu ditunggu oleh laboran, nah di laboran aturan atau SOP sudah ada prosedurnya. Kemudian laboran juga menyampaikan kembali, kemudian apa yang dilakukan sudah. Seharusnya laboran mendampingi, tapi saat itu ada sesuatu yang harus diambil laboran, nah di sanalah kejadiannya,” paparnya.
Atas kejadian ini, pihak sekolah menyampaikan permohonan maaf kepada para siswa khususnya keluarga korban dan akan bertanggung jawab sepenuhnya.
“Jadi pihak sekolah minta maaf sebesar-besarnya kepada siswa. Kemudian pihak sekolah juga akan bertanggungjawab penuh terhadap pengobatan anak. Insyaallah juga terhadap masa depan anak, itu menjadi tanggungjawab saya seumur hidup,” ucapnya.