Menurut Dedie Rachim yang namanya tokoh tidak sebatas dan tidak harus bergelar pahlawan, namun sosok yang mewarnai eksistensi Kota Bogor di dunia pantas mendapat predikat sebagai tokoh.
Selain Ernest Dzesntze, Dedie Rachim juga menyebutkan ada dua pelukis Bogor luar biasa lainnya yaitu Umar Basalmah (1912-1998) dan G. A Kadir (1901-1993). Apresiasi dan penghargaan sudah sepantasnya diberikan atas eksistensi dan karya yang telah dilahirkan.
“Mereka inilah seniman dan budayawan Kota Bogor yang sudah berkarya, bahkan karyanya mendunia. Kita berikan apresiasi dan atensi melalui perangkat daerah terkait saya minta untuk melakukan penataan dan sedikit sentuhan untuk makam Ernest Dzesntze dan istrinya, sehingga jejak-jejak ketokohannya tidak hilang dan bisa dikenal para generasi mendatang, baik sosok maupun karyanya,” ujar Dedie Rachim yang sempat bertemu Endang Supriadi, salah satu cucu dari Siti Rasmani.
Selain Ernest Dzesntze, Abdullah Batarfie menambahkan sedikit sejarah dua pelukis lainnya Gusti Abdul Kadir dan Omar Basalmah.
“Gusti Abdul Kadir merupakan anak Sultan Banjar yang diasingkan ke Bogor yang memilih tidak kembali ke Banjar tapi menetap di Bogor dan menjadi seniman. Karya paling monumentalnya adalah saat ini masih abadi di Museum Zoologi Bogor berupa lukisan diorama latar belakang habitat patung-patung hewan,” kata Abdullah.
Sementara untuk Omar Basalmah, pelukis yang karyanya sama dengan Ernest Dzesntze dan G.A Kadir, lanjut Abdullah Batarfie sudah menggelar pameran sejak zaman Belanda dan mendapatkan penghargaan dari Ratu Wilhelmina.