Bogor24Update – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bogor melalui Dinas Kesehatan (Dinkes) terus melakukan langkah antisipatif untuk mencegah penyebaran penyakit chikungunya yang disebabkan oleh gigitan nyamuk Aedes aegypti, faktor yang sama dengan penyebab Demam Berdarah Dengue (DBD).
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor, Fusia Meidiawaty, menjelaskan bahwa pihaknya telah menyiapkan alat rapid test chikungunya untuk memastikan kasus yang muncul di masyarakat.
“Kalau hasil rapid test positif, kami akan segera melakukan fogging fokus di wilayah tersebut. Namun sebelumnya, masyarakat perlu melakukan PSN atau Pemberantasan Sarang Nyamuk terlebih dahulu,” ujar Fusia.
Menurutnya, rapid test chikungunya dilakukan secara selektif bagi warga yang menunjukkan gejala mengarah ke chikungunya, seperti demam disertai nyeri sendi dan otot.
Jika hasil pemeriksaan menunjukkan kecenderungan chikungunya, Dinas Kesehatan akan menindaklanjuti dengan pemeriksaan lingkungan melalui Penyelidikan Epidemiologi (PE) untuk memastikan ada atau tidaknya jentik nyamuk Aedes aegypti.
“Fogging bukan langkah pertama, karena fogging hanya membunuh nyamuk dewasa. Sementara telur dan jentiknya harus diberantas lewat PSN. Kalau fogging dilakukan terlebih dahulu, seminggu kemudian nyamuk akan muncul lagi,” jelasnya.
Fusia menegaskan, PSN dapat dilakukan secara mandiri oleh masyarakat melalui gerakan 3M Plus, yakni Menguras, Menutup, dan Mengubur tempat penampungan air yang berpotensi menjadi sarang nyamuk, serta Plus menggunakan lotion antinyamuk dan menjaga kebersihan lingkungan sekitar rumah.
“Perindukan nyamuk Aedes aegypti biasanya ada di air bersih seperti di talang air, dispenser, atau wadah bekas di kebun. Karena itu, PSN harus dilakukan menyeluruh, tidak hanya di dalam rumah tapi juga di lingkungan sekitar,” tambahnya.
Lebih lanjut, Fusia menyebut bahwa hingga pertengahan Oktober 2025, tren kasus chikungunya di Kabupaten Bogor masih terkendali dan belum menunjukkan peningkatan signifikan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Meski demikian, Dinas Kesehatan tetap siaga menghadapi masa pancaroba karena pada periode ini risiko perkembangbiakan nyamuk meningkat.
“Kami sudah mengeluarkan surat edaran kepada seluruh puskesmas untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap penyakit akibat vektor menjelang musim hujan. Dari puskesmas nanti akan diteruskan ke kecamatan dan desa agar masyarakat menggiatkan gerakan kebersihan lingkungan,” ungkapnya.
Ia juga mengimbau masyarakat agar tidak menyepelekan gejala demam dan nyeri sendi, serta segera melapor ke puskesmas atau bidan desa terdekat untuk pemeriksaan lebih lanjut.
“Chikungunya umumnya dapat sembuh sendiri dalam waktu dua minggu, tergantung daya tahan tubuh. Tapi kalau gejalanya berat, seperti nyeri sendi hebat atau tidak bisa berjalan, segera periksa ke fasilitas kesehatan,” pungkasnya.
Melalui upaya deteksi dini, PSN, dan koordinasi lintas sektor, Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor berkomitmen menjaga masyarakat tetap sehat dan aman dari ancaman penyakit chikungunya maupun DBD. (*)