Bogor24Update – Tim medis Taman Safari Indonesia bersama kolaborasi Internasional antara IZW -Berlin Group, IPB University, tengah menjalankan prosedur inseminasi buatan (Artificial Insemination/AI) terhadap sepasang panda raksasa Cai Tao dan Hu Chun di Istana Panda, Taman Safari Bogor.
Digawangi Prof. Thomas Hildebrandt (Mr), Dr. Frank Goeritz (Mr), Dr. Susanne Holtze (Mrs), CCRCGP – China : Mr. Zhou Qiang (Mr), Dr. Drh. (Vet.) Muhammad Agil, MSc.Agr., Dipl.ACCM, Dr Drh Dedi Setiadi, upaya monumental ini menjadi langkah penting dalam mewujudkan kelahiran bayi panda pertama di Indonesia.
Vice President Life Science Taman Safari Indonesia, drh. Bongot Huaso Mulia, M.Si mengatakan, hal ini menjadi sebuah pencapaian bersejarah dalam dunia konservasi satwa.
Menurutnya, reproduksi panda raksasa sejak lama dikenal sebagai salah satu tantangan terbesar dalam konservasi. Panda betina hanya memiliki masa subur sekali dalam setahun, dengan periode singkat selama 2–3 hari.
Usia sel telur hanya beberapa jam, dan kesuburan hanya beberapa jam, sehingga sangat krusial. Sementara untuk musim kawin, panda adalah monoestrous, hanya subur 1 tahun sekali Tingkat keberhasilan kawin alami pun sangat rendah.
Oleh karena itu, inseminasi buatan hadir sebagai pendekatan ilmiah yang dirancang untuk meningkatkan peluang keberhasilan reproduksi.
“Kami tidak menggantikan alam, tetapi membantu alam agar peluang keberhasilan lebih tinggi,” ungkap drh. Bongot dalam keterangannya.
Sejak 2022, Taman Safari Indonesia telah menyiapkan program inseminasi buatan panda dengan standar internasional.
Proses ini mencakup pemantauan hormon secara real-time, pengambilan sampel, hingga tindakan medis yang dilakukan oleh tim multidisiplin yang terdiri dari dokter hewan spesialis, ahli anestesi, teknisi reproduksi, serta keeper yang memahami perilaku panda.
Pada tahun 2024, program ini sempat mencatat capaian signifikan dengan terkonfirmasi nya pembuahan di hari ke-40 pasca inseminasi, meski embrio tidak berkembang sempurna. Pengalaman tersebut menjadi pondasi penting yang kini membawa optimisme tinggi pada prosedur inseminasi tahun 2025.
Menurut data terbaru dari National Giant Panda Conservation and Research Center, populasi panda raksasa di alam liar diperkirakan hanya sekitar 1.860 individu, dengan tambahan lebih dari 700 panda yang hidup di penangkaran di berbagai belahan dunia.
Di Indonesia, satu-satunya panda raksasa hanya dapat ditemui di Istana Panda Taman Safari Bogor, yaitu Cai Tao dan Hu Chun yang datang pada 2017 sebagai simbol persahabatan Indonesia Tiongkok.
Upaya inseminasi ini bukan sekadar langkah medis, tetapi juga bentuk kontribusi Indonesia dalam menjaga keberlangsungan spesies ikonik, Status panda raksasa (Ailuropoda melanoleuca) menurut IUCN saat ini adalah rentan (vulnerable).
Jika berhasil, Indonesia akan mencatatkan diri sebagai negara di Asia Tenggara yang sukses membiakkan panda melalui inseminasi buatan, setelah Singapura, Malaysia, Thailand yang lebih dahulu melahirkan anak Panda.
Keberhasilan ini tidak hanya menjadi kebanggaan nasional, tetapi juga kontribusi global dalam menjaga kelestarian satwa yang menjadi simbol persahabatan dan konservasi dunia.
“Harapan kami sederhana namun besar: Hu Chun dan Cai Tao memiliki keturunan di Taman Safari Indonesia. Ini adalah warisan dunia yang harus kita jaga bersama,” tutup drh. Bongot.
Program konservasi Panda Raksasa di Taman Safari Bogor merupakan hasil kerja sama resmi antara Pemerintah Indonesia dan Tiongkok.
Kehadiran Cai Tao dan Hu Chun sejak 2017 bukan hanya menjadi simbol diplomasi dua negara, tetapi juga komitmen bersama untuk melestarikan salah satu spesies paling ikonik di dunia.
Melalui langkah berani ini, Taman Safari Indonesia semakin menegaskan perannya sebagai pusat konservasi kelas dunia yang berkontribusi nyata terhadap masa depan satwa liar.(*)