Bogor24Update – Dalam rangka memperingati Hari Bumi, Kementerian Lingkungan Hidup/Badan Pengendalian Lingkungan Hidup yang diwakili oleh Wamen LH/BPLH Diaz Hendropriyono melakukan kunjungan kerja ke Tempat Pengolahan dan Pemrosesan Akhir Sampah (TPPAS) Lulut Nambo, Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Rabu, 23 April 2025.
Dalam kunjungannya, Wamen LH yang didampingi Deputi PSLB3 dan Deputi Tata Lingkungan bersama Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi Jawa Barat, Herman Suryatman, serta Direksi PT Indocement melakukan penanaman sejumlah pohon kalianda sebagai simbol komitmen menjaga lingkungan.
Selain itu, kunjungan Wamen LH ke TPPAS Lulut Nambo untuk melihat peningkatan produksi Refused Derived Fuel (RDF) dari pengolahan sampah di TPPAS tersebut.
Wamen LH Diaz Hendropriyono menegaskan bahwa kunjungan ini merupakan tindak lanjut dari arahan Presiden Prabowo Subianto untuk mempercepat penyelesaian masalah sampah nasional.
“Target RPJMN tahun 2029 adalah sampah harus habis dikelola, dan setidaknya 50 persen terselesaikan di tahun 2025 dari posisi sekarang yang masih 33 persen,” kata Diaz.
Diaz mendorong agar produksi RDF di TPPAS Lulut Nambo ditingkatkan. Menurutnya, kerja sama dengan pihak offtaker seperti PT Indocement menjadi kunci penambahan produksi RDF.
“Indocement saat ini sudah menyerap 600 ton RDF per hari dari Bantar Gebang, dan masih membutuhkan 1.800 ton lagi. Ini peluang besar bagi TPPAS Lulut Nambo untuk memasok,” ujarnya.
Ia juga menyoroti pentingnya stabilitas suplai dan harga RDF agar proses bisnis dapat berjalan dengan optimal.
“Kalau suplai dan harga bisa dikomunikasikan dan dikomitmenkan, maka kerja sama ini bisa membantu menyelesaikan masalah sampah di Indonesia, dimulai dari sini,” tegasnya.
Sementara itu, Sekda Provinsi Jawa Barat Herman Suryatman menegaskan bahwa pengelolaan sampah merupakan salah satu prioritas Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi, terutama di wilayah Bandung Raya, Bogor, dan Depok.
“Potensi sampah di kawasan ini mencapai 2.000 ton per hari. Padahal TPPAS Lulut Nambo sudah didesain untuk menampung 2.300 ton, tapi saat ini baru beroperasi 50 ton. Masih sangat jauh,” kata Herman.
Ia menyambut baik dorongan optimalisasi kapasitas dari pemerintah pusat dan berharap peningkatan produksi RDF bisa direalisasikan secara bertahap.
Apabila kapasitas maksimal tercapai, sambungnya, TPPAS Lulut Nambo berpotensi menghasilkan sekitar 800 ton RDF per hari. Namun, menurut Herman, kunci percepatan proyek ini terletak pada kepastian pasar dan harga RDF yang kompetitif.
Ia berharap PT Indocement dapat berpartisipasi aktif dalam proses pengadaan mitra usaha melalui skema beauty contest yang akan segera dilakukan.
“Kalau ada offtaker yang serius dan harganya jelas, investor juga akan lebih percaya diri. Sekarang tinggal komitmen, dan kita akhiri pertemuan ini dengan MoU agar semua pihak terlibat serius,” pungkasnya. (*)