Bogor24Update – Dua bocah penyandang disabilitas di Kampung Blok Monong, Desa Leuwinutug, Kecamatan Citeureup, Kabupaten Bogor terlupakan pemerintah.
Kedua bocah tersebut bernama Marwan Maulana (7) anak dari pasangan Mansur dan Eka Herawati serta Enda Subandi (15) anak dari pasangan Ayat Subandi dan Ernawati.
Orang tua dari Marwan Maulana, Mansur mengatakan bahwa puteranya itu lahir dengan kondisi normal. Namun, sejak usia 1 bulan mengalami demam tinggi yang berujung pada keterlambatan pertumbuhan dan gangguan fisik.
“Pokoknya syarafnya berbelit-belit lah gitu lupa namanya, transfusi darah juga empat kali,” ujar Mansur kepada Bogor24Update.id di kediamannya, Selasa, 7 Januari 2025.
Mansur mengaku sudah berulang kali meminta bantuan kepada pemerintah untuk membantu pembiayaan anaknya.
Terlebih, kata dia, kartu BPJS milik keluarganya sudah kadaluarsa hingga tak bisa digunakan untuk pengobatan.
Menurutnya, kondisi anaknya yang tidak bisa jalan baru mendapatkan bantuan berupa kursi roda dan sembako sejak Covid-19 melanda.
Sementara untuk kebutuhan sehari-hari bagi anaknya hanya sebatas pendataan yang hingga saat ini bantuannya belum juga didapat dari pemerintah.
“(waktu itu) ditanya susu dan pampers sehari berapa, gitu doang ga ada lagi. Kalo saya intinya kalo mau dibantu memang harusnya dibantu, kalo ga ada saya ga nuntut, kalo ada ya saya terima kalo ga ada saya pasrah sama yang kuasa,” ungkapnya.
Di tempat yang sama, orang tua dari Enda Subandi, Ayat Subandi menuturkan bahwa puteranya itu mengalami hal yang sama dengan Marwan Maulana.
“Dari umur setengah bulan normal cuma pas mau menuju satu bulan itu panas step, kemudian dibawa ke RS dapat 10 hari di Cikaret, terus sudah dibawa ke tukang urut, ke Tasikmalaya juga 3 bulan di Tasikmalaya dirawat tapi hasilnya tetap kayak gini,” ucap Ayat.
Ayat mengaku di tengah keterbatasan ekonomi keluarganya, saat ini pihaknya hanya mengharapkan bantuan dari Program Keluarga Harapan (PKH).
“Cuma PKH aja itu juga dapat cuma SD doang Rp150 ribu dari komponen SD doang itu,” tuturnya.
Ayat berharap pihak desa maupun pemerintah bisa membuka mata terhadap kondisi anaknya maupun yang juga dialami oleh Marwan Maulana.
“Bantuan sudah ada dari desa langsung berupa PKH, BPJS, dan kursi roda. Misal ga ada bantuan dari desa ke anak kita, kita mah ga mau jelek-jelekin desa, emang sih bantuan ga pernah dapat,” pungkasnya.(*)