“Kemarin ditempatkan di Pasar Gunung Batu sudah 3 sampai 4 bulan, terus kita evaluasi, kemudian kita akan ambil data dari pasar yang lain,” ujarnya.
“Iya, sementara kita masih mempelajari tentang sirkulasi pembuahan sampahnya, terus penarikannya dan kami akan memproses satu dulu dan ditempatkan secara bergilir di pindah pindah dari pasar ke pasar,” imbuhnya.
Dedi menilai penempatan drop box di Blok F Pasar Kebon Kembang dimungkinkan akan menghasilkan sampah lebih banyak, karena di kawasan itu juga ada perkantoran.
“Ya, di Blok F ini kan selain pedagang dan pengunjungnya lebih banyak, juga ada kantor. Saat rapat ada bekas air minum berbeda dengan pasar tradisional yang hanya jualan sayuran,” katanya.
Program ini, terang Dedi, tujuannya untuk mengetahui berapa banyak sampah yang dihasilkan, sehingga nanti akan ketahuan berapa dropbox yang diperlukan.
“Kayak kemarin kami pasang di Pasar Gunung Batu, kondisinya belum banyak, mungkin karena di situ para pedagang bukan unsur yang menghasilkan sampah botol-botol plastik kemasan, mungkin mereka minumnya dengan media yang lain, sehingga sirkulasinya kurang banyak,” tambahnya.
Untuk mengoptimalkan fungsi dropbox tersebut, Dedi mengakui masih perlu disosialisasikan kepada masyarakat luas.
Pihaknya berharap melalui program ini bisa membantu masyarakat merubah kebiasaan dalam membuang sampah.
“Setidaknya jika membuang sampah botol plastik ke dalam dropbox ini ada nilai rupiah yang didapatkan,” ucapnya. (Haris)