Bogor24Update – Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Kota Bogor yang dipimpin Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Bogor Syarifah Sofiah bersama petani cabai mandiri melakukan panen cabai merah besar dan cabai merah keriting.
Panen salah satu komoditas hortikultura itu dilaksanakan di lahan pertanian perkotaan yang berlokasi di Jalan Guru Muchtar, Kelurahan Cimahpar, Kecamatan Bogor Utara, Kota Bogor.
Masa panen yang dilakukan bersama-sama ini merupakan panen ke 21 sejak pohon cabai memasuki usia tiga bulan. Meski sudah dilakukan sebanyak 20 kali panen, namun produksi cabai masih cukup baik.
Ketua TPID Kota Bogor yang juga Sekda Kota Bogor, Syarifah Sofiah mengatakan, upaya pengendalian inflasi dilakukan bukan saja melalui program dari pemerintah pusat dan provinsi, tapi juga oleh pemerintah kota yang secara rutin melakukan gerakan bazar murah ataupun gerakan pangan murah.
Selain itu, dalam upaya menurunkan inflasi daerah Kota Bogor juga bekerjasama dengan daerah produsen penghasil tanaman pangan.
Namun yang menjadi tantangan, terang Syarifah, ketika daerah produsen mengalami masalah serangan hama, sehingga membuat berkurangnya produksi yang juga mendorong lonjakan harga.
“Nah salah satu upaya mengendalikannya adalah dengan menanam, kenapa harus menanam? karena jika tidak menanam maka akan bergantung pada daerah produsen. Jadi kalau daerah produsen barangnya terbatas, harga jualnya mahal dan kita tidak punya harga tandingannya kalau daerah-daerah produsen ini terserang hama,” katanya dikutip Jumat, 5 Januari 2024.
Oleh karena itu, lanjut Syarifah, Kota Bogor perlu mempunyai cadangan-cadangan tanaman pangan seperti di lahan pertanian perkotaan ini.
Menurutnya, Kota Bogor yang pendapatanya ditunjang oleh sektor Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition (MICE) membuat pertumbuhan hotel, restoran dan cafe (Horeca) berkembang, sehingga kebutuhan bahan pangan tidak hanya untuk kebutuhan konsumsi masyarakat tapi juga Horeca.
Dengan adanya pertanian di lahan perkotaan, yang juga terus didorong Pemerintah Kota Bogor melalui Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) bisa membantu produktivitas bahan pangan dan juga menjadi pemasukan tambahan bagi masyarakat.
Seperti halnya pertanian lahan perkotaan yang dikelola secara mandiri oleh Muhammad Haerudin atau yang akrab disapa Kendi yang menyewa lahan yang sebelumnya merupakan lahan tidur dipenuhi semak belukar dan ilalang, kini dimanfaatkan untuk bertani cabai.
Budidaya cabai yang dilakukan Kendi sudah lima tahun secara mandiri karena tidak masuk dalam kelompok tani merasakan betul perjuangan dalam bertani cabai dalam merawat dan menghadapi harga cabai yang fluktuatif.
Kendi mengatakan, dirinya menanam cabai menggunakan pola konvensional untuk memangkas biaya produksi sehingga bisa memaksimalkan luas lahan yang digunakan.
Dari total lahan 1.500 meter persegi, ia bisa menanam 1.300 pohon cabai yang dipanen pada usia 3 bulan hingga 6 sampai 7 bulan dengan jarak panah tiga hari sekali.
Ia mengungkapkan untuk budidaya cabai ini memerlukan perawatan yang intensif dan harus selalu dipantau terutama untuk pengendalian hamanya.
“Jadi untuk menjaga dari hama pas musim bunga atau ketika mau tumbuh buah sampai berbuah itu harus terus dipantau. Melakukan pengendalian hama secara interval tidak boleh lewat,” terangnya.
Dalam satu kali panen dari setiap pohon jika mendapat hasil maksimal, Kendi bisa memanen 1 kilogram dalam satu pohon pada setiap kali panen. Namun ia pun tak memungkiri dari total 1.300 pohon yang tumbuh tidak semuanya berbuah .
“Kalau dari 1.300 pohon ini panennya bisa 1.300 kilogram itu sudah bagus banget. Tapi kan kadang ada tingkat kematian juga. Misal dari 100 persen pohon itu total 1.300 pohon, tingkat kematiannya paling besar bisa mencapai 20 persen. Ya jadi hasil panen total pohon itu dikurangi 20 persen pohon yang mati itu,” paparnya.
Keberadaan kelompok tani ataupun petani mandiri di Kota Bogor juga mendapatkan penyuluhan dari DKPP Kota Bogor. Hal ini seperti dikatakan Kepala DKPP Kota Bogor, Chusnul Rozaqi.
Dia menyampaikan untuk petani mandiri pihaknya juga memberikan penyuluhan secara intensif. Sementara itu untuk kelompok tani, selain memberikan bantuan penyuluhan DKPP juga memberikan bantuan bibit.
Tidak hanya mendorong dan melakukan pendampingan kepada kelompok tani dan tani mandiri, DKPP juga terus melakukan sosialisasi, edukasi kepada masyarakat rumahan melalui pertanian pekarangan hortikultura lestari dan pekarangan pangan lestari.
“Dengan begitu kita memiliki banyak konsep pilihan untuk masyarakat bertani dan menanam, baik untuk kebutuhan pasar atau rumah tangga dan bahkan kebutuhan sendiri. Sehingga di saat terjadi kenaikan harga itu bisa juga membantu menurunkan inflasi,” katanya.