Bogor24Update – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bogor melalui Dinas Kesehatan (Dinkes) terus memperkuat pengawasan mutu gizi dan keamanan pangan dalam pelaksanaan Program Makanan Bergizi (MBG) untuk anak sekolah.
Langkah ini dilakukan untuk memastikan makanan yang disajikan memenuhi standar gizi, higienitas, dan keamanan pangan.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor, Fusia Meidiawaty, menjelaskan bahwa pengawasan dilakukan secara terpadu bersama 101 Puskesmas yang menjadi perpanjangan tangan Pemkab Bogor di seluruh wilayah.
“Kami mengawasi mulai dari kelayakan kandungan gizi menu yang disediakan, energi, protein, vitamin, mineral, hingga masa kedaluwarsa dan cara penyimpanan serta distribusi bahan makanan,” ujar Fusia.
Selain pengawasan gizi, lanjut Fusia, Dinas Kesehatan juga melakukan inspeksi kesehatan lingkungan (IKL), meliputi pemeriksaan kualitas air, fasilitas dapur, higienitas, sanitasi pangan, serta pembinaan kepada pihak sekolah dan penyedia makanan. Edukasi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) juga diberikan kepada siswa, guru, dan orang tua.
“Pemkab Bogor juga melaksanakan pelatihan keamanan pangan siap saji kepada penjamah makanan dan penanggung jawab Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG),” jelasnya.
Guru dan kader UKS di sekolah, kata Fusia, turut dilatih untuk melakukan pemantauan gizi sederhana, mengenali gejala alergi atau keracunan makanan, serta memberikan pertolongan pertama bila terjadi kasus.
“Kami menyiapkan SOP penanganan cepat jika ada makanan bermasalah agar bisa segera ditangani,” tambahnya.
Ia menuturkan, Dinas Kesehatan juga mendorong pemanfaatan pangan lokal agar program MBG lebih berkelanjutan, sekaligus mengampanyekan Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) sebagai kebiasaan sederhana yang berdampak besar terhadap kesehatan siswa.
Fusia menegaskan, sejauh ini belum ditemukan adanya kejadian luar biasa (KLB) keracunan pangan di sekolah. Ia berharap, upaya terpadu ini mampu menjaga mutu program MBG di Kabupaten Bogor agar anak-anak mendapatkan makanan yang sehat, aman, dan bergizi.
“Kami lebih menekankan pada upaya preventif dan pengawasan. Jika terjadi sesuatu, Puskesmas setempat akan menjadi garda terdepan sebelum dirujuk ke rumah sakit,” pungkas Fusia Meidiawaty.(*)