Bogor24Update – Luka diabetes atau diabetic foot ulcer merupakan salah satu komplikasi serius dari penyakit diabetes melitus yang memerlukan penanganan khusus. Tanpa perawatan yang tepat dan aman, kondisi ini dapat berkembang menjadi infeksi berat hingga berisiko amputasi.
Dokter Spesialis Bedah, Subspesialis Bedah Vaskular dan Endovaskular, Eka Hospital Depok, dr. Tom Christy Adriani, Sp.B, Subsp. BVE(K), menjelaskan luka diabetes umumnya terjadi akibat kombinasi kadar gula darah yang tidak terkontrol, gangguan saraf (neuropati), serta gangguan aliran darah (penyakit pembuluh darah perifer).
Ia menambahkan beberapa faktor utama yang membuat luka diabetes sulit sembuh, antara lain kadar gula darah yang tinggi, neuropati diabetik, gangguan sirkulasi darah, serta infeksi pada luka terbuka. Kondisi tersebut saling berkaitan dan dapat memperburuk keadaan jika tidak ditangani secara komprehensif.
“Pengobatan luka diabetes harus dilakukan secara komprehensif, tidak hanya fokus pada luka, tetapi juga kondisi umum pasien,” kata dr. Tom Christy, Jumat, 26 Desember 2025.
Menurutnya, pengendalian kadar gula darah merupakan langkah paling mendasar. Kadar gula darah yang stabil membantu mempercepat regenerasi jaringan dan mencegah infeksi berulang.
Pasien disarankan untuk mengkonsumsi obat diabetes sesuai anjuran dokter, kemudian menjaga pola makan sehat dan melakukan aktivitas fisik secara teratur.
Selain itu, pembersihan luka secara rutin menggunakan cairan steril sangat penting untuk menghilangkan kotoran, jaringan mati, dan bakteri yang dapat menghambat penyembuhan.
Pada kondisi tertentu, kata dr. Tom Christy, diperlukan tindakan debridement yaitu pembersihan jaringan mati atau terinfeksi pada luka agar jaringan sehat dapat tumbuh optimal dan mencegah penyebaran infeksi.
“Perawatan luka diabetes saat ini juga sudah berkembang dengan metode modern, seperti balutan khusus yang menjaga kelembapan optimal, terapi tekanan negatif atau Negative Pressure Wound Therapy (NPWT), serta terapi oksigen hiperbarik sesuai indikasi medis,” jelasnya.
dr. Tom Christy mengatakan metode ini terbukti lebih efektif dibandingkan perawatan konvensional jika dilakukan sesuai indikasi medis.
Ia menekankan jika terdapat tanda infeksi, seperti kemerahan, bau tidak sedap, nyeri, atau cairan berlebih, pasien akan diberikan terapi antibiotik sesuai anjuran dokter.
Untuk mengurangi tekanan pada area luka, terutama di telapak kaki, sangat dianjurkan penggunaan alas kaki khusus atau metode offloading agar membantu mempercepat proses penyembuhan.
dr. Tom Christy juga menekankan pentingnya pencegahan luka diabetes melalui pemeriksaan kaki setiap hari, menjaga kebersihan dan kelembapan kaki, menggunakan alas kaki yang nyaman, serta segera berkonsultasi ke fasilitas kesehatan jika ditemukan luka sekecil apa pun.
Ia menyimpulkan pengobatan luka diabetes yang tepat dan aman memerlukan pendekatan menyeluruh, mulai dari kontrol gula darah, perawatan luka yang benar, hingga dukungan tim medis profesional.
“Dengan penanganan yang cepat dan sesuai standar medis, risiko komplikasi serius seperti infeksi berat dan amputasi dapat diminimalkan. Pasien diabetes diharapkan lebih waspada dan proaktif dalam menjaga kesehatan kaki serta rutin melakukan kontrol ke dokter,” pungkasnya. (*)





















