Bogor24Update – Pemerintah Kabupaten Bogor bersama Pemerintah Provinsi Jawa Barat meninjau uji coba Tempat Pengolahan dan Pemrosesan Akhir Sampah (TPPAS) Lulut Nambo di Kecamatan Klapanunggal, Jumat 17 Mei 2024.
Pada uji coba tahap awal ini, pemerintah menampung 50 ton sampah di TPPAS Nambo.
“Hari ini mulai diuji coba. Tahap awal 50 ton sampah. Ke depan kita tambah, karena kapasitas (sampah) kita hari ini kurang lebih 2.690 ton per hari,” ungkap Pj Bupati Bogor, Asmawa Tosepu di lokasi.
Menurutnya, TPPAS Nambo akan sangat membantu proses penampungan sampah di Kabupaten Bogor. Terlebih ini juga akan menjadi tempat bagi Kota Bogor, Depok dan juga Tangerang Selatan.
Asmawa menyebut, mulai diuji cobanya operasional TPPAS Nambo ini juga meringankan beban Pemkab Bogor. Mengingat TPAS Galuga di wilayah Kecamatan Cibungbulang, mulai padat yang saat ini hanya bisa menampung sekitar 30 persen dari total sampah per harinya.
“Sampah yang masih bisa ditangani kurang lebih 30 persen (di Galuga) artinya masih ada sisa yang harus ditangani,” kata Asmawa.
Lebih lanjut, dia menyatakan bahwa uji coba ini penting untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan, termasuk dampak sosial kepada masyarakat.
“Harapan kita, karena ini di Kabupaten Bogor, kapasitasnya yang sekarang ini baru 50 ton per hari, bisa meningkat pada tahap kedua menjadi 1.800 sampai 2.300 ton per hari,” jelasnya.
Sementara itu, Sekda Jawa Barat Herman Suryatman mengatakan, ini merupakan tindak lanjut dari pertemuan seminggu lalu bersama jajaran lintas sektor pemerintah.
“Saya ditugaskan oleh Pak Gubernur untuk mengakselerasi operasionalisasi TPPAS Nambo ini. Kenapa harus diakselerasi, tentu untuk mengantisipasi sampah dari beberapa kabupaten dan kota di wilayah Bogor,” katanya.
Menurut Herman, beberapa wilayah seperti Kabupaten Bogor dan Kota Bogor, memiliki jumlah sampah yang besar.
“Kita tahu bahwa produksi sampah di tiga kabupaten/kota ini sangat besar dan saat ini masih menggunakan TPPAS Galuga,” cetusnya.
Oleh karena itu, dia menekankan pentingnya TPPAS Nambo bagi tiga kabupaten dan kota tersebut, sehingga semakin cepat operasional, semakin baik.
“Hari ini, sekitar 50 ton sampah diolah mulai dari awal masuk kemudian diproses menggunakan mesin selama 7 hari, dan hasilnya bisa menjadi Biomass dan Refused Derived Fuel (RDF),” imbuhnya.
Selain itu, ia berharap operasionalisasi TPPAS Lulut Nambo bisa berjalan lancar dan sukses demi kepentingan masyarakat.
“Perlu digarisbawahi, meskipun ada sektor swasta yang terlibat, kita tidak bisa bekerja sendiri. Pemerintah harus bekerja sama dengan pengusaha, dan sementara ini, BUMD Provinsi Jawa Barat ditugaskan untuk mengelola,” tandasnya.(*)