Bogor24Update – Aksi pemukulan sesama pemain basket viral di media sosial. Peristiwa itu terjadi saat pertandingan basket antar pelajar SMP di Bogor.
Dalam video tersebut, tampak salah seorang pemain menyikut bagian kepala pebasket yang menjadi lawannya.
Orang tua korban, AT membenarkan adanya aksi pemukulan terhadap anaknya, AS (13) dalam turnamen basket antar pelajar SMP pada Senin kemarin.
“Benar terjadi ada aksi pemukulan terhadap anak saya. Itu terjadi pada hari Senin yang lalu, tanggal 17. Anak saya dipukul oleh salah satu oknum siswa dari SMP MW,” ujar AT saat dikonfirmasi, Kamis, 20 Februari 2025.
Dirinya sebagai seorang ayah sangat menyayangkan kejadian tersebut. Menurutnya, pemukulan terjadi tanpa ada provokasi apapun dari anaknya.
“Saya paham olahraga basket itu olahraga kontak. Ketika ada kontak di lapangan pada saat game, itu mungkin bisa saya tolerir. Tapi ketika anak saya tidak melakukan apapun, sedang berdiam, kemudian ada pemukulan yang saya sangat sayangkan ya, terjadi di usia dini seperti itu. Rasa-rasanya sangat tidak pantas untuk dilakukan,” ungkapnya.
AT menyebut, anaknya mengalami pusing setelah dipukul. Namun, ia bersyukur secara fisik tidak sampai terkena bagian vital.
“Saya bersyukur tidak terkena bagian vital. Dan Alhamdulillah dia setelah dipukul masih bisa bermain basket sampai saat ini dan baru saja menjuarai turnamen,” jelasnya.
Ayah korban juga menyayangkan insiden pemukulan itu terjadi pada puncak dari sejumlah rangkaian di pertandingan tersebut.
Terlebih, sambungnya, tidak hanya dialami oleh anaknya, juga dua pemain basket lain satu timnya menjadi sasaran.
Ia juga menyayangkan sampai saat ini tidak ada permintaan maaf secara pribadi kepada anaknya maupun kepadanya.
“Jadi belum ada permintaan maaf secara pribadi yang disampaikan oleh pelaku maupun orang tua maupun pelatih kepada saya dan juga anak saya,” ujarnya.
Adapun, kata AT, permintaan maaf baru disampaikan pihak sekolah dari oknum siswa tersebut ke anaknya.
“Tapi itupun hanya berupa foto dari surat yang dikirimkan melalui ke perwakilan pengurus tim basket dari sekolah,” imbuhnya.
AT mengharapkan agar kejadian tersebut tidak terulang di masa depan. Apalagi ini pembinaan basket usia dini yang seharusnya mengedepankan sportifitas, kebersamaan, dan kerja sama tim.
Ia mengapresiasi langkah Perbasi Kota Bogor yang menyatakan akan mem-banned oknum tersebut dari seluruh turnamen di Kota Bogor.
“Tapi ketika dia mau bermain di kota lain, bagaimana? Atau dia misalnya pindah sekolah, bagaimana? Apakah hukumannya masih mengikat? Nah itu kan yang belum jelas tuh, saya ingin supaya setidaknya ada kejelasan itu. Jadi tidak hanya terikat di Kota Bogor saja, nanti dia bisa main di Depok, Bandung, Sukabumi misalnya. Ya kan sama saja, artinya hukumannya tidak mengikat jadinya,” katanya. (*)