Bogor24Update – Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor berkomitmen untuk menanggung biaya pengobatan kasus dugaan keracunan makan bergizi gratis (MBG) dari dapur Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) di Bosowa Bina Insani. Demikian hal ini diungkapkan oleh Wali Kota Bogor, Dedie A. Rachim di sela Munas ke-Vll APEKSI di Surabaya.
“Informasi biaya pengobatan kasus keracunan yang terjadi sejauh ini di beberapa sekolah Kota Bogor akan ditanggung oleh Pemkot Bogor. Namun teknisnya masih akan dikoordinasikan lebih lanjut,” ujar Dedie Rachim dikutip Jumat (9/5/2025).
Saat ini, lanjutnya, Pemkot Bogor masih fokus mendata siswa serta mempercepat hasil uji sampel agar lebih bisa memastikan penyebab serta di mana titik lemah yang harus diperbaiki.
Selain itu, Pemkot Bogor juga masih menunggu hasil pemeriksaan sampel muntahan dan sampel dari dapur MBG.
Pengujian berbagai sampel yang telah didapatkan sedang dilakukan secara mikrobiologi di Labkesda Kota Bogor dan membutuhkan waktu empat hari.
Pengujian yang dilakukan meliputi empat tahap, yaitu pra pengayaan, pengayaan selektif, plating uut, dan konfirmasi.
Dedie Rachim memastikan Dinas Kesehatan terus berkoordinasi dengan sekolah-sekolah yang terpapar. Jika ada penambahan kasus, ia menekankan untuk melakukan koordinasi dengan rumah sakit agar pasien ditangani dengan baik.
“Jika keluhan terjadi setelah mengonsumsi makanan, maka dapat segera mengakses pelayanan kesehatan di Puskesmas terdekat atau Dinas Kesehatan melalui call center PSC 119,” katanya.
Diketahui, Dinas Kesehatan Kota Bogor mencatat total korban dugaan keracunan makanan di sekolah berjumlah 171 orang hingga Kamis (8/5/2025).
Data tersebut berdasarkan kegiatan penyelidikan epidemiologi (PE) di Kamis kemarin dengan penambahan korban baru 135 orang.
Dari total korban yang tercatat 171 orang tersebut dengan rincian 22 orang menjalani rawat inap, 29 orang menjalani rawat jalan, dan 120 orang mengalami keluhan ringan.
Adapun sebaran 22 korban yang menjalani rawat inap di RS Hermina (7 orang), RS Azra (4 orang), RS Islam (6 orang), RS EMC (1 orang), RS Graha Medika (2 orang), dan RS Salak (2 orang).
Sedangkan sebaran kasus berdasarkan sekolah, berasal dari enam sekolah yang telah melaporkan kejadian, dari total 13 sekolah yang terdata.
Keenam sekolah tersebut yaitu TK Bina Insani (18 orang), SD Bina Insani (2 orang), SMP Bina Insani (82 orang), SDN Kukupu 3 (9 orang), SDN Kedung Jaya 1 (16 orang), dan SDN Kedung Jaya 2 (43 orang). (*)