Bogor24Update – IPB University (Institut Pertanian Bogor), mengirimkan Tim Relawan Tanggap Bencana IPB ke wilayah bencana Sumatera.
Perwakilan IPB University , Alim Setiawan mengatakan, bahwa penugasan Tim Relawan Tanggap Bencana IPB yang terdiri dari 18 dosen dan 25 Mahasiswa dikoordinasikan oleh Direktorat Pengembangan Masyarakat Agromaritim (DPMA) IPB.
Mereka, kata dia, di sebar ke tiga titik bencana Sumatera. Yakni Provinsi Aceh, Sumatera Utara dan Sumatera Barat.
“Penugasan Tim Relawan Tanggap Darurat IPB ini sebagai bentuk kepedulian kami kepada korban bencana di Sumatera,” ujar Alim Setiawan, Minggu 21 Desember 2025.
Selain membawa logistik bantuan, tim relawan dari IPB juga bertugas untuk mengajarkan Perguruan Tinggi (PT) Posko Bencana dalam pembuatan pangan darurat bencana berupa nasi steril siap makan.
Program pengabdian kepada masyarakat terkait tanggap darurat bencana, lanjut Alim, merupakan kerja sama IPB dengan Direktorat Jenderal Riset dan Pengembangan, Kemenristekdikti yang mencakup 4 fokus utama, yakni,
Yang pertama, pelatihan dan penyediaan 18.000 bungkus pangan steril siap makan, sebagai upaya pemenuhan kebutuhan gizi, masyarakat di wilayah bencana.
Kedua, pelayanan kesehatan terpadu, meliputi kesehatan dasar Herbal- Komplementer ( Akupuntur dan Akupresur), Telemedisin tenaga kesehatan dan kader kesehatan rehabilitasi bencana.
Ketiga, pemberian 13.500 pangan khusus untuk kelompok balita, untuk mencegah terjadinya malnutrisi, memperbaiki asupan gizi, dan menjaga kesehatan kelompok usia rentan selama masa darurat.
Keempat, Pelaksanaan pendampingan psikososial pascabencana, guna memulihkan ketahanan mental masyarakat mengurangi stres akut, dan memperkuat stabilitas sosial di wilayah terdampak.
“Kami bukan hanya memberikan bantuan logistik, tetapi juga melakukan transfer pengetahuan kepada Perguruan Tinggi Posko dan relawan setempat (melalui penyelenggaraan pelatihan pembuatan pangan darurat bencana) agar nantinya bisa melanjutkan sendiri, dapat memastikan keberlanjutan inovasi teknologi untuk penanganan bencana,” kata Alim.
Sementara itu, Direktur Pengembangan Masyarakat Agromaritim, Handian Purwawangsa mengatakan bahwa inovasi nasi steril siap makan sebagai pangan darurat saat terjadi bencana ini memiliki keunggulan awet disimpan dalam waktu lama.
“Nasi steril ini dapat langsung dimakan tanpa harus dimasak atau dipanaskan, memiliki daya simpan hingga 2 tahun, dan memiliki cita rasa selera orang Indonesia,” ujarnya.
Ia menjelaskan, bahan baku yang diperlukan untuk membuat nasi steril ini, dapat dicari mudah di pasar.
Formulasi nasi steril ini juga memiliki beberapa varian, antara lain nasi liwet, nasi kuning, nasi ayam jeruk purut, nasi uduk, dan nasi goreng.
“Nasi steril ini menggunakan kemasan pouch berukuran 150-200 gram (porsi makan orang dewasa) sehingga mudah dimobilisasi ke wilayah bencana dan dapat langsung dikonsumsi oleh korban bencana,” terangnya.
Dimana penyaluran bantuan inovasi teknologi dari IPB ini akan dikolaborasikan dengan Perguruan Tinggi (PT) Posko setempat, yaitu Universitas Syiah Kuala (USK) di Provinsi Aceh, Universitas Sumatera Utara (USU) di Provinsi Sumatera Utara, dan Universitas Andalas (UNAND) Provinsi Sumatera Barat.
“Dengan adanya inovasi ini diharapkan mampu menjawab kebutuhan paling mendesak masyarakat serta mendukung percepatan pemulihan pasca bencana di seluruh wilayah terdampak bencana,” jelas Handian.(*)




















