Dia membandingkan perhitungan KPU Kota Bogor di lima daerah pemilihan (dapil) Kota Bogor, sebanyak 636.434 jiwa berpartisipasi dalam Pileg 2024 lalu.
“PKS di Kota Bogor mendapat suara tertinggi sebanyak 132.661 pemilih. Jika mengacu hasil survei LS Vinus paslon Atang dan Annida hanya meraih 4,25%, artinya jika diasumsikan pemilih pilkada sebanyak 800 ribu jiwa, maka yang memilih Atang Annida hanya 34 ribu orang. Pun demikian dengan PDI Perjuangan, jika versi LS Vinus hanya 3,25% pemilih Rena-Teddy, maka hasilnya 26 ribu,” ucapnya.
Jika mengacu survei LS Vinus, sambung pria yang juga Aktivis 98, pemilih PKS pada Pileg 2024 lalu sebanyak 132.661 mendadak merosot yang memilih Atang-Annida.
“Dan, pemilih Rena Da Frina-Teddy usungan PDI Perjuangan Kota Bogor masak iya mendadak merosot menjadi 26 ribu orang, dari suara pileg sebanyak 69.489 suara, yang saat itu saja, pemilih Pileg di Kota Bogor merujuk data KPU Kota Bogor, sebanyak 615 ribu pemilih. Masak sih suara pemilih Rena-Teddy hanya sepertiga dari raihan suara pileg 2024 lalu? Yah, jadi wajar saja kalau hasil survei tersebut sangat diragukan,” tuntas Eko.
Meski demikian, ia menghormati hasil survei LS Vinus dalam ruang berdemokrasi.
Menutup pandangannya, ia juga menyampaikan 81 lembaga survei yang terdaftar di KPU 2024 dan telah diterbitkan sertifikatnya per 6 Februari 2024.
Menanggapi hal ini, Founder LS Vinus Yusfitriadi memandang di era demokrasi dan keterbukaan seperti saat ini sah-sah saja, jika ada pandangan yang berbeda dalam berbagai hal. Terlebih dalam konteks politik, terkadang nyaris tipis perbedaan benar atau salah.
Sehingga, ia apresiasi dan sangat menghargai pandangan kelompok manapun dan elemen masyarakat manapun yang meragukan bahkan tidak percaya dengan hasil survei dari lembaga manapun, termasuk hasil survei LS Vinus yang kelolanya.
“Bagi saya hal seperti ini biasa-biasa aja. Karena dalam konteks politik hasil survei dari lembaga manapun pasti akan dipandangkan menguntungkan salah satu pihak dan merugikan pihak yang lain,” katanya.
Yusfitriadi berharap juga pihak manapun dan lembaga survei manapun dapat juga mengeluarkan hasil surveinya, supaya ada second opinion bagi masyarakat, jika memiliki hasil yang berbeda.
“Karena saya merasa yakin semua lembaga survei memiliki metodologi dan pendekatan yang berbasis ilmiah,” tandasnya. (*)