Bogor24update – Melihat kopi, melihat Indonesia mungkin itu jadi jargon bagi sebagian pecinta kopi. Betapa tidak, karena Indonesia gudang kopi terbaik di dunia saat ini. Salah satunya ada di Bogor, yakni di Rumah Kopi Ranin.
Rumah Kopi Ranin berada di dalam kawasan hutan IPB, dan jauh dari keramaian pusat kota. Ketika datang, pengunjung harus menuruni tebing berundak yang sudah dihiasi dengan batu, dan melewati jalan setapak dengan bunga di sisi kanan dan kirinya.
Gemericik suara aliran Sungai Ciapus, disertai dengan suara para tonggeret yang bersahutan menyambut kedatangan para pengunjung Rumah Kopi Ranin. Selain suasananya yang erat dengan pedesaan, bangunan dari Rumah Kopi Ranin sendiri terbuat dari kayu seperti rumah panggung.
Dulunya, lahan di mana Rumah Kopi Ranin berdiri merupakan kubangan kerbau dengan semak belukar. Sementara itu, bagian interior dalamnya dihiasi dengan ornamen-ornamen peralatan ‘jadul’. Termasuk meja dan bangku yang digunakan. Bahkan, beberapa meja di antaranya menggunakan meja jahit bekas.
Ucapan selamat datang akan kita dengar ketika sampai di muka Rumah Kopi Ranin. Sapaan khas yang wajib diucapkan bagi barista untuk menyapa tamu.
Di Rumah Kopi Ranin, berbagai jenis kopi ada di sini, dari mulai Mandailing, Linthong, Flores, Papua, Robusta Bogor, dan beberapa kopi lain. Tapi ada juga menu selain kopi, seperti cokelat panas, latte, affogato, green tea dan black tea.
Rumah Kopi Ranin nada sejak April 2012, pertama di Jalan Alternatif IPB, Desa Cikarawang, Dramaga, Kabupaten bogor. Awalnya hanya menjual kopi di food court Kampus IPB, lalu pindah ke Kedai di Jalan Bangbarung, lalu ke Jalan Kresna. Dan baru tahun 2017 Rumah Kopi Ranin buka di Dramaga hingga saat ini.
Salah satu Co-founder Rumah Kopi Ranin, Uji Sapitu (48) mengungkapkan sengaja memilih konsep untuk kedai kopinya ini berbeda dengan kedai kopi pada umumnya.
Bersama kawannya, Tejo Pramono, mereka memulai dari sesuatu yang mereka sukai. Kopi, singkong goreng, pisang goreng, bahkan lodeh yang banyak dicari oleh pengunjung Rumah Kopi Ranin.
“Kita mulai dari sesuatu yang kecil, dari apa yang kita sukai. Apalagi, dulu kami (dia dan Tejo) adalah teman satu kost saat kuliah di IPB, dan kopi jadi keseharian kita,” kenangnya.