Ia mengatakan, bangunan yang diperkirakan sudah ada antara tahun 1950 atau 1960 itu menjadi satu cerita bagi warga yang tinggal di sekitar Paledang, lantaran keunikan bangunannya.
Warga sekitar juga, kata Bambang, pernah ada yang mengisi dijadikan tempat pangkas rambut dan hal tersebut silih berganti. Sebut saja salah satunya warga bernama Bahri.
“Kalau saya baru satu tahun, buka pangkas rambut ini, sebelumnya ada juga yang pernah buka di sini masih warga bawah (Kampung Kramat),” jelas dia.
Untuk urusan harga, Bambang menarif Rp 10.000 per orang. Ia dalam satu hari bisa memotong rambut sekitar 20 sampai 25 orang sejak buka dari pukul 08.00 sampai pukul 17.00 WIB.
“Alhamdulillah setiap hari ada saja, sebelum saya isi di sini menjadi tempat rongsok atau tumpukan sampah,” pungkas dia.