Bogor24Update – Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor menggelar rapat koordinasi bersama PT Transjakarta untuk membahas evaluasi layanan rute P11 serta peluang pengembangan sistem transportasi publik terintegrasi di wilayah Bogor, Rabu, 10 Desember 2025.
Usai rapat koordinasi dengan PT Transjakarta di Rumah Dinas Wali Kota Bogor, Wali Kota Bogor, Dedie A. Rachim, mengatakan rapat berjalan sangat efektif dan produktif, dengan sejumlah poin penting yang menjadi fokus pembahasan. Menurut Dedie, layanan P11 yang telah beroperasi lebih dari enam bulan menunjukkan tren positif.
“Yang sangat membahagiakan adalah adanya peningkatan pelanggan yang memanfaatkan P11. Secara harian mencapai lebih dari 6.000 penumpang,” ujar Dedie.
Meski capaian ini menggembirakan, Pemkot Bogor dan Transjakarta tetap menargetkan peningkatan minat masyarakat, khususnya para pengguna kendaraan pribadi, untuk beralih menggunakan angkutan umum.
“Kita harus terus bisa menarik minat masyarakat, terutama pengguna kendaraan pribadi, untuk pindah ke P11 Transjakarta,” ucapnya.
Kemudian, lanjut Dedie, pada rapat tersebut, ada juga pembahasan tentang bagaimana pengembangan penumpang dari arah Ciawi dan Bubulak. Opsi penguatan feeder, hub penghubung, hingga kemungkinan layanan langsung dari Ciawi maupun Bubulak menuju Blok M atau kawasan Jakarta lainnya menjadi perhatian.
“Ini masih tahap awal, nanti akan ada rapat lanjutan yang lebih teknis untuk menentukan apakah penguatan dilakukan pada feeder, hub, atau justru membuka layanan langsung seperti P11,” kata Dedie.
Salain itu, Pemkot Bogor juga menawarkan peluang kerja sama pemanfaatan aset daerah untuk pengembangan fasilitas park and ride, terutama bagi masyarakat yang tetap harus menggunakan kendaraan pribadi dari rumah.
Salah satu lokasi yang ditawarkan adalah Bubulak, yang dinilai memiliki potensi tinggi untuk menjadi titik parkir sekaligus tempat perpindahan moda ke transportasi publik.
“Ini bisa menjadi opportunity business bagi Transjakarta di Bogor,” ucap Dedie.
Selain Bubulak, titik lain seperti Plaza Bogor, hingga Rancamaya turut masuk dalam usulan pengembangan.
Dedie juga menyampaikan apresiasi kepada Pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang telah memberikan subsidi sebesar Rp35 miliar selama enam bulan untuk mendukung operasional P11.
“Ini adalah bagian bagaimana tidak lagi terlalu banyak volume kendaraan roda empat yang masuk ke Jakarta, tetapi orang yang pindah moda dari kendaraan pribadi naik P11 ke Jakarta dan sebaliknya,” ucapnya.
Terkait penyediaan halte P11, Dedie menjelaskan bahwa saat ini fasilitas tersebut masih dilakukan melalui kerja sama dengan IPB dan Botani Square. Namun sejumlah perbaikan akan dilakukan, seperti peningkatan manuver bus, perbaikan RAM yang terlalu tinggi, serta pelebaran ROW.
“Untuk yang lain-lain nanti kita bahas tripartit bersama IPB,” jelasnya.
Dedie menambahkan bahwa kerja sama ini sejalan dengan penguatan Dewan Aglomerasi Jabodetabek, Puncak, dan Cianjur. Transportasi publik yang seimbang, memadai, dan berkualitas merupakan fokus utama dewan tersebut.
“Ini sebuah kehormatan bagi Kota Bogor yang telah tersambung dengan Jakarta melalui Trans Jabodetabek dan Transjakarta. Alhamdulillah ini bagian dari perjuangan kita,” tutup Dedie.
Ditempat yang sama, Direktur Utama Transjakarta, Welfizon Yuza, menyampaikan bahwa pertemuan ini merupakan tindak lanjut dari Rakor Transjabodetabek sebelumnya dan menjadi kesempatan penting untuk evaluasi P11.
“Biasanya satu rute butuh enam bulan untuk mencapai maturity level. Tapi untuk rute ini luar biasa. Saat ini lebih dari 6.000 pelanggan setiap harinya, bahkan tembus 8.000 di titik puncak,” ungkapnya.
Welfizon juga menekankan pentingnya kolaborasi berkelanjutan antara Transjakarta dan Pemkot Bogor, terutama dalam memperkuat infrastruktur pendukung seperti park and ride dan fasilitas halte yang lebih nyaman serta menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat urban.
“Jika infrastruktur dilengkapi dengan baik, ini akan lebih menarik minat pengguna kendaraan pribadi untuk beralih ke transportasi publik,” tegasnya. (*)





















