Masih kata dia, “Dua pendekatan ini kami coba kolaborasikan menjadi satu bagian utuh. Di wilayah yang dilakukan pembinaan, ibu-ibunya sudah tereduksi, semoga manfaatnya bisa dirasakan jangka panjang, yakni ada perubahan perilaku, perubahan mindset dan perubahan pola asuh,” katanya.
Rudy memaparkan, data stunting Kota Bogor yang dikeluarkan dari pemerintah pusat mengalami kenaikan menjadi 18,7 persen. Data ini berbeda dengan data yang dimiliki Dinkes Kota Bogor, yang mana angka stunting di Kota Bogor hanya 3,5 persen sesuai dengan angka saat Bulan Penimbangan Balita (BPB) Agustus 2022 lalu.
“Pemerintah pusat tetap menggunakan data dari pusat. Nah pada saat roadshow Menteri Kesehatan hampir semua yang kota/kabupaten menyatakan ingin ada integrasi data atau sinkronisasi data karena rata-rata di Kabupaten/Kota angkanya juga berbeda dengan BPB,” paparnya.
Di tempat yang sama, Wali Kota Bogor, Bima Arya menyampaikan, bahwa di Kota Bogor masih banyak PR. Pasalnya, dua tahun terakhir angka stunting naik dari sebelumnya 16 persen menjadi 18,7 persen, padahal pertumbuhan ekonomi Kota Bogor ada diatas rata-rata.
“Jadi yang harus kita lakukan, pertama semuanya harus bergerak, pasukannya harus lengkap semuanya harus tahu apa yang dilakukan. Kedua tugasnya harus jelas, semua harus paham apa yang dilakukan dan ketiga edukasi,” tutu Bima Arya. (*)