Beberapa faktor, kata Rudy, disinyalir menjadi penyebab seperti faktor ekonomi, kemalasan, pengaruh lingkungan, dan lain-lain. Selain itu, tuntutan ekonomi lebih besar pada kelompok umur 16-18 tahun dimana mereka dianggap sudah mampu untuk bekerja.
Wasekjen DPP Partai Gerindra tersebut juga mengatakan iklim usaha di tahun politik harus tetap terjaga. Dia mengatakan, pada Agustus 2023, data menunjukan tingkat pengangguran terbuka di Kabupaten Bogor masih cukup tinggi, yakni 8,47 persen, dengan tingkat partispasi angkatan kerja (TPAK ) sebesar 64,22 persen.
Artinya, dari 100 penduduk Kabupaten Bogor berusia 15 tahun hanya 64 hingga 65 penduduk yang aktif terlibat dalam kegiatan ekonomi.
“Angka ini meningkat tidak signifikan dibandingkan Agustus 2022 yang sebesar 63,75 persen. Peningkatan TPAK tersebut menunjukkan bahwa pasokan tenaga kerja yang tersedia di Kabupaten Bogor pada Agustus 2023 lebih banyak dibandingkan yang tersedia pada Agustus 2022,” terang Rudy.
Adapun, dari jumlah itu, sektor industri mendominasi penyerapan tenaga kerja sebesar 63,11 persen menggeser sektor indsutri pengolahan 29,29 persen dan sektor pertanian 7,6 persen.
Namun, lanjut dia, penyerapan tenaga kerja di sektor industri pun tidak berjalan linier dengan tingkat pendidikan angkatan kerja.
“Keterbatasan lapangan kerja membuat tidak semua tenaga kerja yang berpendidikan tinggi dapat terserap,” kata dia.
Akibatnya, banyak ditemui pengangguran dengan pendidikan tinggi. Data BPS menunjukan, penyerapan tenaga kerja hingga Agustus 2023 didominasi oleh penduduk bekerja berpendidikan SD ke bawah sebanyak 36,32 persen. Apabila digabungkan dengan yang berpendidikan SMP, maka jumlah pekerja mencapai 53,79 persen.
Kondisi seperti ini juga terjadi pada tahun sebelumnya di mana penduduk bekerja di Kabupaten Bogor mayoritas mengenyam pendidikan dasar (SMP ke bawah). Dibandingkan kondisi Agustus 2022, serapan tenaga kerja pada jenjang pendidikan SMA ke atas mengalami peningkatan, sedangkan pada jenjang pendidikan SMP ke bawah mengalami penurunan yang tidak signifikan yakni semula sebesar 54,44 persen.
“Karena itu sekali lagi, saya mengingatkan di tengah euforia tahun politik 2024, kita harus menjaga kondusifitas, jangan sampai mengabaikan agenda kita untuk membangun SDM berkualitas dan menciptakan iklim usaha yang sehat agar tenaga kerja terserap dengan baik,” tandasnya.(*)