“Untuk garis pertanggalannya itu ada 14 sampel arah yang sudah dibawa ke Australia untuk diteliti, menghasilkan pertanggalan yang absolut yaitu sekitar 200 sampai 600 tahun sebelum Masehi,” ungkapnya.
Adapun artefak-artefak yang ada di museum tersebut meliputi alat bertani, berburu, hingga perhiasan pada zaman itu.
“Kurang lebih ada 109 pieces, cuma tidak semua dipajang di etalase, masih ada sebagian yang disimpan di gudang,” terang Saefullah.
Dari berbagai koleksi hasil eskavasi di area perbukitan tersebut, yang paling menarik perhatian di museum adalah topeng emas.
“Bahannya emang dari emas, fungsinya waktu itu digunakan sebagai penutup wajah orang yang sudah meninggal. Orang yang sudah meninggal ditutupi dengan topeng ini dengan asumsi bahwa agar tidak gentayangan lagi di muka bumi,” katanya.
Tak hanya itu, di depan museum ini juga terdapat batu besar yang digunakan sebagai tempat ritual di zamannya. Batu tersebut disebut dengan batu monolit atau batu menhir.
Selain itu, di Museum Situs Pasir Angin juga menyimpan sejumlah patung arca. Walakin benda tersebut bukanlah hasil eskavasi di Bukit Pasir Angin, melainkan dari Gunung Kapur, Ciampea, yang dipindahkan pada tahun 1981.
“Dipindahkan ke sini sebagai koleksi dalam kondisi hancur seperti ini karena dulu di Gunung Ciampea itu diambilin karang atau kapurnya menggunakan bahan peledak, kemungkinan ini kena dan sebagainya oleh tangan-tangan tak bertanggung jawab,” tukasnya.
Sekedar informasi, bagi para pengunjung yang ingin berkunjung ke lokasi bisa dapat langsung datang ke tempat bersejarah itu dan tidak ada biaya tiket masuk alias gratis.