“Kejadiannya mau tarawih, umi mau tarawih teh engga berangkat tarawih, kan hujannya deres terus dari jam 4 (sore) airnya banyak. Umi juga keluar loncat tembok yang belakang,” kata dia.
Pilihan untuk melompati tembok menurutnya adalah satu-satunya jalan untuk menyelematkan diri. Sebab saat itu kondisi air di depan rumahnya sudah setinggi leher orang dewasa.
Atas kejadian itu, Kumun mengaku trauma. Jika memang harus direlokasi, ia bersedia untuk dipindah dari rumah lamanya ke tempat baru yang lebih aman.
Menurutnya, hal tersebut bukan tanpa alasan, sebab banjir hari ini bukan lah yang pertama terjadi.
“Dulu pernah (banjir) tapi cuma sedikit. (mau direlokasi) asal dibangunin rumah saja yang aman,” jelas Kumun. (*)