Bogor24Update – Eti, pedagang bakso di kawasan wisata Puncak, hanya bisa meratapi nasibnya usai lapak dagangannya ditertibkan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bogor, Senin 24 Juni 2024.
Baca Juga :Â Penertiban 331 PKL Puncak Berjalan Panas, Petugas dan Pedagang Saling Dorong
Perempuan 38 tahun itu kini harus mengikhlaskan lapak dagangannya yang sudah berdiri sejak 30 tahun di kawasan tersebut diratakan.
Eti, mengaku bahwa warung yang menjadi mata pencahariannya itu sudah ada sejak dirinya masih kecil. Saat itu, orang tuanya yang mengelola warung tersebut.
“Saya jualan Baso-Soto macem-macem disini. Sudah 30 tahun lebih dari saya kecil, sekolah SD disini. Sekarang anak saya 4 dan (biaya) sekolah semua dari sini (warung) makan di sini,” katanya.

Eti membenarkan ada sosialisasi dari Pemkab Bogor. Namun, dia menduga bahwa apa yang diberitahukan pemerintah itu soal rencana pelebaran jalan.
Sementara, kata dia, lapak warungnya tidak berada di jalan yang juga dimungkinkan bisa untuk dimundurkan jika pelebaran dilakukan.
Baca Juga :Â Dianggap Anarkis, Petugas Amankan Dua Orang Saat Penertiban PKL Puncak
Bahkan, pengakuan Eti (38) pemerintah Kabupaten Bogor mensosialisasikan pada saat itu mengatakan akan hanya untuk pelebaran jalan.
“Ada (sosialisasi) dikirain pelebaran jalan, kan ini mah tempat saya gak ke jalan. Kalau pelebaran bisa mundur lah, intinya masih bisa usaha ini mah enggak ada malah dihancurin,” jelasnya.
Di samping itu, Eti mengaku bahwa sebelumnya dia juga sempat mengisi Rest Area Gunung Mas yang disediakan Pemkab Bogor. Namun, tak ada satu pun pembeli yang menghampiri ke tempatnya.
“Pernah (ke Rest Area Gunung Mas), gak dapet uang yang beli kopi juga gak ada, seribu perak aja gak dapet di rest area. Padahal hampir dua bulan tiga bulanan, kita gak dapet uang malah buntung, rugi, belanja juga habis dimakan,” keluhnya.
Baca Juga :Â Banyak PKL Menolak Relokasi, Pj Bupati Ngaku Bingung Urusi Rest Area Gunung Mas : Gak Kelar Kelar
Eti mengaku bukan tidak mau mengisi Rest Area Gunung Mas. Dia hanya ingin pemerintah mencarikan solusi dan jaminan jika ada pengunjung yang datang dan membeli dagangannya ketika pindah ke sana.
“Kita dibicarakan lah. saya dapat di rest area bukan buat usaha itu mah gak ada yang belinya. Kalau ramai mah mau, tapi kalau sepi siapa yang belinya,” pungkasnya.(*)